Jumat, 17 Juni 2011

Aku mohon, Pergilah

Selalu mengingat sesuatu dengan detail itu harus. Tapi, tidak mungkin juga kita bisa mengingat semua hal yang pernah terjadi dalam hidup kita. Seperti hal otakku yang tak bisa mengingat setiap rumus yang guruku ajarkan padaku dulu, entah karena kemampuan otak yang standar atau entah memang bodoh. Tapi, aku bisa mengingat dengan detail setiap pembelajaran hidup yang aku dapatkan. Salah satunya tentang kamu, dia, mereka yang pernah memberiku rasa manis sekaligus pahit.


Pagi ini aku di bangunkan oleh suara mama yang khas, dia bilang padaku 


"cepatlah bangun, ada yang mencarimu di luar." 


Walaupun mata ini masih terasa sangat berat, kalimat dari mama tadi mampu membuatku penasaran. Dan bergegas bangun. Sambil 'ngucek-ngucek' mata aku berjalan gontai keluar kamar menuju pintu depan. Sambil bergumam "siapa yang mencariku pagi-pagi begini, seperti orang mau nagih utang saja, perasaan engga punya utang deh." 
Sesampainya di pintu, aku kaget bukan main. aku kembali 'ngucek-ngucek' mataku, seakan tidak percaya dengan apa yang kulihat. Aku berharap ini masih dalam dunia mimpiku. 
Tapi udara pagi yang dingin ini terlalu nyata, membuatku sadar 100% kalau ini kenyataan.


Aku melihat kamu duduk di teras rumahku. Ya, kamu. Siapa.
Masih dalam perasaan kaget, kamu berbalik ke arahku dan memperhatikanku dari ujung rambut sampai ujung kaki. lalu tersenyum dan berkata "pagi, aku baru tahu kamu manis banget kalau baru bangun tidur." SNAPP !!
Lengkap sudah kekagetan pagi ini, apa maunya laki-laki satu ini. Aku baru sadar dengan penampilan ku. Hanya memakai hotpants putih dan kaus bali yang longgar serta gelang kaki hitam. Rambut yang masih berantakan. Dan wajah yang pasti kucel -_-" sempurna sudah penampilanku.
Aku hanya bisa diam, kadang hanya senyum sinis basa-basi. Kamu tahu aku masih marah.


Tapi sepertinya kamu memang bukan tipe lelaki yang mudah menyerah. Dengan lancarnya kamu mengatakan kangen padaku, kangen aku yang manja, kangen si jutek, kangen si cuek.
Hampir saja aku meneteskan air mata lagi. Aku tidak pernah habis pikir kenapa lelaki selalu dengan mudah memainkan perannya. Apa karena mereka tidak punya malu. Apa memang karena mereka tidak mengerti. Apa kamu tidak mengerti.


Ingin rasanya aku menjawab. "aku juga kangen kamu"


Tapi kalimat pendek itu tidak mampu keluar dari mulutku. 
Maaf, sekarang segalanya telah berubah, ceritanya telah berbeda. Kamu sudah membuatku sedih dengan keputusan-keputusanmu, dengan sikap-sikap kamu itu. Aku sudah muak dan terlanjur sakit. Kamu bersama --- sudahlah.


"Aku mohon, tolong jangan ganggu aku lagi. Berhenti menghubungiku. Berhenti datang dalam mimpi-mimpiku. Pergi jauh-jauh dari hatiku. Aku ingin melupakanmu."


Aku mohon pergilah. Ini terakhir kalinya kamu bisa melihatku. Walaupun dalam keadaan yang berantakan, tapi aku tidak peduli. 





Tidak ada komentar:

Posting Komentar