Senin, 31 Januari 2011

Tempat itu .. Kenangan itu !!

::141210::

uhmm ...
"dulu saya begini, sekarang saya begini ...
jika saya begini, ya beginilah saya ..
hidup apa adanya dengan kesederhanaan dan selalu berusaha menjadi manusia yang lebih berguna buat orang-orang yang ada disekitar saya .."
itulah ucapan yang selalu dikatakannya dalam hati jika dirinya sedang buntu seperti sekarang..

Saat ini dia sedang membenci dirinya sendiri, dia ingin dihilangkan dari dunia ini, karena dia merasa tidak boleh lahir..
Hari ini dia mengetahui sesuatu, membuat dia ingin segera pulang ke kamar kosnya, dia ingin berlari menjauh dari takdirnya.. Dia ketakutan menghadapi takdirnya, padahal dia sadar betul tidak mungkin bisa menghindar.

Entah apa sebabnya, tiba-tiba dia ingin menikmati sepotong kenangan itu. Ia mengurungkan niatnya untuk segera pulang ke kamar kosnya. Dia pergi ke tempat itu, ya tempat itu. Tepekur diatas jembatan penyebrangan, dia berdiri sambil menikmati suasana malam hari dari atas jembatan itu, mengamati kehidupan orang lain, hanya mengamati.. Sesekali pandangangnya melihat ke arah lampu lalu lintas yang terus bergantian menyala merah, hijau, kuning, merah dan seterusnya, tidak lelah. Tak ada kendaraan yang berani menerobos malam itu, walaupun jalanan amat lenggang, tertib!
Semua menunggu saatnya, menunggu masanya. sabar..

Cukup lama dia berdiri di atas jembatan penyebrangan itu, sambil menarik nafas dia mengingat kembali potongan-potongan cerita yang telah ia lalui beberapa bulan ini. Dia menyayangi seseorang, amat sangat menyayanginya, dia tau perasaan itu ada.. Tapi batinnya tak pernah bisa tenang akhir-akhir ini, dia merasa sedang bertarung melawan sesuatu yang dia sendiri tidak tau apa itu, dia seperti sedang bersaing dengan sebuah bayangan yang membuatnya tidak berdaya seperti sekarang..
Dia bertanya pada dirinya sendiri "sebenarnya apa yang sedang terjadi?"
"kenapa berubah seperti itu?", "kenapa semudah itu?"
"dan sampai kapan akan selalu seperti ini?",  "sampai kapan?!" ...
Dia tak pernah tau jawaban atas semua pertanyaan yang ada di kepala dan hatinya sampai tadi sore, ya tadi sore dia mendapatkan jawabannya.. Sakit, hatinya terasa sakit dan sepertinya udara yang dia hirup hanya membuatnya makin sesak..
Merasa marah dan kecewa dengan semua yang telah terjadi, itu yang dia rasakan sekarang.
menyesal karena tidak bisa membuat seseorang itu bahagia, merasa bersalah karena sudah bersikap tak acuh dan cuek, merasa bersalah karena ketidakmampuannya untuk berubah menjadi orang yang lebih baik. Menjadi seseorang yang selalu penuh perhatian, seperti yang banyak laki-laki inginkan...

Pandangannya beralih ke sudut jembatan penyebrangan itu, tepat di anak tangga pertama jembatan dia melihat seorang ibu pengemis bersama dua orang anaknya yang masih sangat kecil dan polos, dia memperhatikan si ibu yang terlihat sudah sangat letih untuk mencari sesuap nasi. Si anak duduk tepat di samping ibunya sambil memeluk kedua lututnya yang kedinginan, dan anak yang lebih kecil sudah tertidur di pangkuan ibunya.
Terbayang dalam benaknya sengatan kejam sang raja cahaya pada siang hari, dan gigitan udara dingin di malam hari yang membuat bulu kuduk berdiri. Mereka tak punya tempat untuk berteduh..
Lihat betapa kejam hidup ini pada mereka, padaku. Sejenak dia memejamkan matanya, hatinya pilu, kemudian dia mendongakkan kepalanya menatap langit yang tak berbintang karena tertutup awan yang mendung, sambil menahan air matanya agar tidak turun seperti gerimis di malam itu.
Masih bergulat dalam otak dan hatinya semua pikiran-pikiran yang tidak ia mengerti, dan pikiran-pikiran itu mengantarkanya ke tempat ini, ke jembatan ini. Perasaannya saat ini membuatnya sulit berpikir tenang, pikirannya kacau tak karuan, dan hatinya perih.....
Sesak oleh kebohongan yang dia terima.. Air matanya tak bisa terbendung lagi, rasa sakit itu mengalahkan pertahanannya..
Nafasnya sesak karena asam lambungnya naik, dia terlalu lemah. Tapi dia sudah berjanji, seberat apapun masalah yang dia tanggung, sesakit apapun yang dia rasakan, dia tak boleh menangis lagi!!
Dengan cepat dia hapus air matanya, dan menghirup udara dingin di malam itu.. 

Lalu dia membandingkan masalah yang sedang dia alami dengan masalah ibu pengemis itu. Betapa masih banyak di luar sana yang sedang memikul beban yang lebih berat dari dirinya. Ibu itu masih bisa berjuang dan bertahan demi hidupnya, demi hidup anak-anaknya..
Beban ibu itu lebih berat dari masalah yang sedang dia tanggung, jelas lebih berat dan lebih pahit, tapi dia melihat kesabaran dari wajah ibu itu, dia membaca keikhlasan dari senyum ibu itu.

Setelah pemandangan itu, seketika dia seperti mendapatkan kesadaran dirinya kembali, pertanyaan-pertanyaan yang selama ini memojokan dirinya datang lagi, dan jawaban yang dia dapat dari semua pertanyaan itu membuat hatinya kembali dongkol dan sakit. Tapi dia harus menyelesaikan semua ini,dia harus menata kembali hatinya yang sudah tak beraturan..
Dia sadar masih banyak yang harus dia lakukan daripada hanya meratapi masalahnya sekarang.. Dia yakin ini hanya masalah waktu, cepat atau lambat semuanya akan pulih..
Dan dia yakin Tuhan akan selalu menjaga hatinya, dan Tuhan takkan membiarkan hatinya hancur.. 
Setelah mampu menenangkan dan menyemangati dirinya, dan juga mampu menguasai emosinya.. 
 Dia tersenyum penuh arti, hatinya berkata "mungkin memang kadang  kamu perlu belajar tersenyum untuk mereka yang meninggalkanmu, karena ada ruang yang baru untuk seseorang yang lebih baik" ..

Saat dia melihat waktu sudah menunjukan pukul 22:30 di jam tangan kesayangannya, dia beranjak untuk pulang, dia rasa sudah cukup untuk hari ini..
Jalanan yang sangat padat dan bising pada siang hari menjadi lengang dan sepi di malam hari. 
Dan nampak begitu tenang dengan cahaya lampu jalan yang berjejer setiap 10 meter di trotoar.. Terlihat indah pemandangan di malam itu bagi dirinya, jalanan yang msih basah oleh air hujan yang di timpa sinar lampu jalan yang redup menjadikan pantulan yang menyejukkan..
Dia beranjak menuruni tangga jembatan, dia melewati ibu dengan 2 orang anaknya tadi, yang telah menyadarkannya untuk bersikap tegar, dia mengeluarkan beberapa lembar uang ribuan dan memasukannya ke dalam wadah kecil yang berada di depan ibu itu, tak lupa dia memberikan senyuman pada ibu yang belum tertidur itu..

Duduk di dalam angkutan umum yang penumpangnya pun tidak banyak, tak ada pengamen dan pedagang asongan. Mereka semua sudah pulang ke peraduannya, menyiapkan tenaga untuk hari esok.. Menghadapi hari yang entah lebih kejam atau lebih baik pada mereka..
Dia pulang dengan perasaan yang sedikit lebih tenang, dengan harapan dan semangat untuk berubah. Ya, dia akan berusaha untuk berubah, walaupun itu cukup sulit baginya..



bersambung....

Tidak ada komentar:

Posting Komentar